LAKI Serukan Pemberantasan Korupsi di Pamekasan - Portal Berita Jawa Timur

LAKI Serukan Pemberantasan Korupsi di Pamekasan - Portal Berita Jawa Timur

Mahfudz Tejani: Lelang Buku Untuk Pipiet Senja

Mahfudz Tejani: Lelang Buku Untuk Pipiet Senja: Para penggemar novel di Indonesia tentunya tidak asing dengan seorang novelis yang bernama Pipiet Senja. Seorang nenek yang tidak perna...

Imam Ghazali

Nasehat Imam Ghazali Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya….pertama,”Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab “orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya”. Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “MATI”. Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185) Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua…. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid -muridnya menjawab “negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang”. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “MASA LALU”. Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga…. “Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawah “gunung, bumi dan matahari”. Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “NAFSU” (Al A’Raf 179).Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka. Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”. Ada yang menjawab “besi dan gajah”. Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “MEMEGANG AMANAH” (Al Ahzab 72).Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya. Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”…Ada yang menjawab “kapas, angin, debu dan daun-daunan”. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat. Dan pertanyaan keenam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”…Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “pedang”. Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA” Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Petualang Cinta: Berdoa Dengan Sifat Allah

Petualang Cinta: Berdoa Dengan Sifat Allah: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ TUHAN Engkau Pencipta alam yang ada dan tiada Engkau tunjukkan kekuasaanMu mewujudkan yang tia...

Cintai Allah Sebelum Cintai Dia | iluvislam.com discover the beauty of islam

Cintai Allah Sebelum Cintai Dia | iluvislam.com discover the beauty of islam

Slogan Presiden. - calon presiden Bermimpi Itu Indah

Bermimpi Itu Indah, karena didalamnya ada doa, harapan, keoptimisan dan sumber percaya diri...

AJARAN ISLAM DALAM CERITA “ARJUNA WIWAHA”

Arjuna Prabu Katili

Lakon cerita Arjuna Wiwaha atau Partodewa merupakan salah satu bagian cerita  “Mahabharata” bagian ke III, yaitu “Wanaparwa”. Diciptakan oleh Empu Kanwa pada masa pemerintahan raja Airlangga 914 – 946 Saka atau 1019 – 1042 Masehi. Cerita ini merupakan symbol bagi seseorang (ARJUNA) yang berjuang melawan godaan dan nafsu angkara murka (NIWATAKAWACA).  Jika seseorang mampu mengatasi segala macam godaan dari berbagai macam nafsu angkara murka maka akan memperoleh kebagahagiaan baik di dunia maupun di akhirat (Syurga).

Diceritakanlah, suatu ketika Arjuna satriya panengah Pandawa berniat untuk mencari kebahagiaan sejati dengan melakukan tapa memohon kepada Tuhan agar segala keinginannya untuk memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat dikabulkan. Akan tetapi di dalam upayanya itu Arjuna dihalangi dengan segala daya dan tipu muslihat oleh Prabu Nitakawaca seorang raja raksasa dari negeri Himantaka. Dengan kesaktian Arjuna pada akhirnya Nitakawaca dapat dikalahkan hingga perlaya. Jadilah Arjuna satriya panengah Pandawa ini seorang raja kerajaan bidadari di syurga bergelar Prabu Katili.

Dewi Wara Sumbadra istri Arjuna dan kakaknya Sri Kresna menyusul Arjuna Sang Prabu Katili di kerajaan Bidadari di Syurga. Dalam perjalannya menuju syurga Sri Kresna dan Dewi Wara Sumbadra melihat neraka dengan penghuninya yang sedang disiksa dengan segala derita yang dialaminya sampai di Kerajaan Bidadari di Syurga.  Permaisuri Arjuna, Dewi Wara Sumbadra dan kakanya Sri Kresna menjumpai dan menyaksikan secara langsung Prabu Katili, Sang Arjuna  dengan segala kebagahagian hidup yang dialaminya.

Singkat cerita dengan bujukan Sri Kresna dan istrinya, Dewi Wara Sumbadra yang sangat dicintainya itu, akhirnya Prabu Katili Arjuna mau kembali ke Marcapada (dunia) untuk kembali merajut kebahagiaan di dunia bersama istrinya Dewi Wara Sumbadra.

Menurut pendapat Tumenggung Dipaningrat dari Solo, “Walaupun sumber cerita di atas diambil dari cerita Mahabharata, tetapi dalam cerita pedalangan telah dirubah demikian banyak dan disesuaikan dengan ajaran ke- Islaman”.( Unsur Islam Dalam Pewayangan,hal.97 )

Prabu Nitakawaca
Kesimpulan dari cerita Arjuna Wiwaha atau Partodewa adalah menggambarkan apabila seseorang mampu mengalahkan dan mengendalikan berbagai macam godaan serta nafsu jahat yang ada dalam dirinya (NITAKAWACA) maka akan mendapat kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini sebagaimana terdapat dalam kita suci Al-Qur’an Surat yang menyebutkan:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan pekerjaan yang baik-baik, mereka itu ialah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka, sorga-sorga tempat ketetapan, yang mengalir padanya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya. Allah rela kepadanya dan mereka lela pula kepadanya. Yang demikian itu untuk orang yang tunduk kepada Tuhannya”.       
            [ AL-QUR’AN SURAT ALBAYYINAH: 7 - 8 ]




Sabtu, 3 Desember 2011
Slamet Priyadi di  Lido - Bogor